Produser G Dwipayana
Sutradara Arifin C Noer
Penulis Arifin C Noer, Nugroho Notosusanto
Pemeran Bram Adrianto, Amoroso Katamsi, Umar Kayam, Syubah Asa, Ade Irawan, Keke Tumbuan
Warna Warna
Bahasa utama Indonesia

Sinopsis
Film ini menggambarkan masa menjelang kudeta dan beberapa hari setelah peristiwa tersebut. Dalam kala kekacauan ekonomi, enam jenderal diculik dan dibunuh oleh PKI dan TNI Angkatan Udara, konon untuk memulai kudeta terhadap Presiden Soekarno. Jenderal Soeharto muncul sebagai tokoh yang menghancurkan gerakan kudeta tersebut, setelah itu mendesak rakyat Indonesia untuk memperingati mereka yang tewas dan melawan segala bentuk komunisme. Film ini juga menampilkan pergantian rezim pemerintahan Indonesia dari Presiden Soekarno ke Soeharto menurut versi pemerintahan Orde Baru. Film ini menggambarkan gerakan G30S sebagai gerakan kejam yang telah merencanakan "setiap langkah dengan terperinci", menggambarkan sukacita dalam penggunaan kekerasan yang berlebihan dan penyiksaan terhadap para jenderal, penggambaran yang telah dianggap menggambarkan bahwa "musuh negara adalah bukanlah manusia".
Film ini adalah film dalam negeri pertama yang dirilis secara komersial dan menampilkan peristiwa 1965 tersebut.Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI meraih sukses secara komersil maupun kritis. Film ini dinominasikan untuk tujuh penghargaan di Festival Film Indonesia 1984, memenangkan satu, dan mencapai angka rekor penonton
Film ini adalah film dalam negeri pertama yang dirilis secara komersial dan menampilkan peristiwa 1965 tersebut.Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI meraih sukses secara komersil maupun kritis. Film ini dinominasikan untuk tujuh penghargaan di Festival Film Indonesia 1984, memenangkan satu, dan mencapai angka rekor penonton
Catatan
Judul semula: SOB (Sejarah Orde Baru). Film terlaris I di Jakarta, 1984, dengan 699.282 penonton, menurut data Perfin. Jumlah ini merupakan rekor tersendiri, yang belum terpecahkan hingga 1995. September 1998 diumumkan oleh Menpen Yunus Yosfiah, bahwa film ini tidak akan diputar/diedarkan lagi, di samping film-film Janur Kuning (1979) dan Serangan Fajar (1981), karena berbau rekayasa sejarah dan mengkultuskan seseorang: Presiden Soeharto.
Penumpasan pengkhianatan g30spki
BalasHapus